"Ada gadis kecil
diseberangkan gerimis
di tangan kanannya
di tangan kanannya
bergoyang payung
tangan kirinya
tangan kirinya
mengibaskan tangis
di pinggir padang,
ada pohon dan
seekor burung…"
Lirik dahsyat di atas adalah buah karya Guru Besar saya, Sapardi Djoko Damono, yang ia beri judul "Gadis Kecil". Bagi saya, seperti halnya karya-karya Sapardi yang lainnya, puisi ini adalah puisi imageri. Gambar yang dibangun oleh kata-kata Sapardi begitu detail hadir di kepala saya.

Eksperimen ini didasarkan pada refleksi saya atas pengalaman Milton Erickson, seorang hipnotist jenius, yang kerap menginduksi subjeknya memasuki trance, dengan bercerita.
Sebelumnya, saya mohon maaf untuk Pak Sapardi, karena puisi beliau saya kawinkan dengan struktur hypnotic language agar proses trance berlangsung secara efektif.
Misalnya, saya memberikan elemen personal sebagai intro, dengan mengajak subjek (sebutan orang yang membantu saya dalam eksperimen ini) menjelajahi sebuah dunia sepi, di mana suasana di puisi ini berada. Lantas, bagian-bagian dalam puisi saya eksplorasi secara repetitif, dengan tetap mempertahankan bahkan memperkuat imagerinya. Saya juga melakukan manipulasi dengan membuat relasi erat antara citraan dalam puisi dengan kondisi tubuh subjek tadi.
***
Sebelumnya, subjek saya persilahkan berbaring senyamannya.
Lampu ruang saya biarkan terang.
Saya perdengarkan musikalisasi puisi "Gadis Kecil" yang begitu lembut.
Denting gitar, merdu suara Reda, vokalisnya, dan kata demi kata dalam puisi itu, benar-benar membuainya. Suasana rileks bahkan sudah terbangun di sini.
Bagi saya, ini adalah sebuah prainduksi yang cukup berhasil.
Beberapa saat kemudian, di tengah buaian musik "Gadis Kecil" yang lembut itu, saya minta subjek untuk menarik nafas.
"Tarik napasmu yang dalam lewat hidung. Sepanjang lengking suara dalam musik ini. Rasakan damainya. Lalu hembuskan. Biarkan perasaanmu mengalir tenang, mengikuti denting suara gitar yang kamu dengar. Kamu boleh membuka mata kalau itu membuatmu nyaman. Atau tutup mata kalau khidmat lagu ini kamu rasakan lebih dengan menutup mata."
Subjek menutup mata. Dan memang sengaja saya menginginkannya. Makanya saya taro pilihan menutup mata di belakang, karena saya ingin kata yang terakhir dia dengar adalah "tutup mata".
"Seiring tarikan dan hembusan napasmu yang mengalir, denting gitar dan lengking lagu yang kamu dengar, membawamu pada sebuah padang luas. Rasakan suara anginnya. Dan beri ia warna dengan nyata.
Suasananya gerimis. Serpihan air yang selembut musik, menggelitik pori-pori kulit wajahmu. Kamu sadar dan semakin sadar dengan meneliti tarikan napasmu, dan hembusan napasmu, yang semakin panjang. Semakin berat. Semakin tenang.
Lalu kamu lihat:
Ada gadis kecil...
di pinggir padang...
Denting gitar, merdu suara Reda, vokalisnya, dan kata demi kata dalam puisi itu, benar-benar membuainya. Suasana rileks bahkan sudah terbangun di sini.
Bagi saya, ini adalah sebuah prainduksi yang cukup berhasil.
Beberapa saat kemudian, di tengah buaian musik "Gadis Kecil" yang lembut itu, saya minta subjek untuk menarik nafas.
"Tarik napasmu yang dalam lewat hidung. Sepanjang lengking suara dalam musik ini. Rasakan damainya. Lalu hembuskan. Biarkan perasaanmu mengalir tenang, mengikuti denting suara gitar yang kamu dengar. Kamu boleh membuka mata kalau itu membuatmu nyaman. Atau tutup mata kalau khidmat lagu ini kamu rasakan lebih dengan menutup mata."
Subjek menutup mata. Dan memang sengaja saya menginginkannya. Makanya saya taro pilihan menutup mata di belakang, karena saya ingin kata yang terakhir dia dengar adalah "tutup mata".
"Seiring tarikan dan hembusan napasmu yang mengalir, denting gitar dan lengking lagu yang kamu dengar, membawamu pada sebuah padang luas. Rasakan suara anginnya. Dan beri ia warna dengan nyata.
Suasananya gerimis. Serpihan air yang selembut musik, menggelitik pori-pori kulit wajahmu. Kamu sadar dan semakin sadar dengan meneliti tarikan napasmu, dan hembusan napasmu, yang semakin panjang. Semakin berat. Semakin tenang.
Lalu kamu lihat:
Ada gadis kecil...
diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis...
di pinggir padang...
ada pohon dan...
seekor burung…
Pandanglah sekumpulan gerimis yang menyebrangkan gadis kecil itu. Warnanya putih. Satu demi satu. Dan ketika pikiranmu membilangi butir demi butirnya, sejuknya melingkupi kelopak matamu. Dan kelopak matamu menjadi sedemikian berat dan damai. Seperti gadis kecil yang diseberangkan gerimis.
Senyap dan damainya suasana, membuat kamu bahkan bisa mendengarkan suara degup jantungmu begitu ritmik dan tenang.
Pandanglah gadis kecil itu dalam pikiranmu. Dan semakin kamu pandang gadis kecil yang diseberangkan gerimis itu, matamu semakin berat, matamu semakin nyaman dalam keadaan tertutup. Dan tak sedikit pun kamu rela untuk membuka matamu. Karena kamu ingin terus melihat dengan pikiranmu, dalam keadaan senyap, dan rileks... dan damai... keadaan bahwa:
Ada gadis kecil...
Pandanglah sekumpulan gerimis yang menyebrangkan gadis kecil itu. Warnanya putih. Satu demi satu. Dan ketika pikiranmu membilangi butir demi butirnya, sejuknya melingkupi kelopak matamu. Dan kelopak matamu menjadi sedemikian berat dan damai. Seperti gadis kecil yang diseberangkan gerimis.
Senyap dan damainya suasana, membuat kamu bahkan bisa mendengarkan suara degup jantungmu begitu ritmik dan tenang.
Pandanglah gadis kecil itu dalam pikiranmu. Dan semakin kamu pandang gadis kecil yang diseberangkan gerimis itu, matamu semakin berat, matamu semakin nyaman dalam keadaan tertutup. Dan tak sedikit pun kamu rela untuk membuka matamu. Karena kamu ingin terus melihat dengan pikiranmu, dalam keadaan senyap, dan rileks... dan damai... keadaan bahwa:
Ada gadis kecil...
diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis..."
Sampai di sini, saya amati mata subjek saya tertutup. Tapi kelopaknya melakukan pergerakan berputar. Kaum hipnotis menyebutnya REM (rapid eye movement). Ini adalah sebuah tanda, bahwa subjek mulai memasuki trance.
Kondisinya light trance. Dan saya ingin melakukan deepening.
"Saya angkat tangan kananmu, seperti gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya bergoyang payung/ bergoyang/ bergoyang/ bergoyang/ bergoyang/ dan saat saya jatuhkan tanganmu, kirimkan gelombang relaksasi yang semakin dalam dan damai, dari ujung kepala hingga ujung kakimu."
Lalu saya jatuhkan tangannya.
"Kirimkan gelombang relaksasi yang makin dalam dan damai, dari ujung kepala hingga ujung kakimu. Sehingga membuatmu semakin rileks dan damai. Jauh lebih damai dari:
...gadis kecil...
di pinggir padang...
Lalu saya jatuhkan tangannya.
"Kirimkan gelombang relaksasi yang makin dalam dan damai, dari ujung kepala hingga ujung kakimu. Sehingga membuatmu semakin rileks dan damai. Jauh lebih damai dari:
...gadis kecil...
(yang) diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis...
di pinggir padang...
ada pohon dan...
seekor burung…"
Saya memandang subjek saya. Wajahnya pucat. Bibirnya mengering. Tanda bahwa ia memasuki trance yang dalam.
Untuk menguji kedalamannya, saya mengangkat tangannya. Mengejutkannya sedikit. Dan tangannya pun kaku mengambang.
Lalu saya melemaskannya kembali dan meletakkan tangan persis di samping tubuhnya.
***
Satu menit saya diamkan subjek. Saya biarkan ia menikmati suasana rileks dan nyaman dengan sempurna.
Saya pun merasa cukup melakukan eksperimen ini. Dan saatnya untuk melakukan termination.
Saya pun merasa cukup melakukan eksperimen ini. Dan saatnya untuk melakukan termination.
"Dengarlah. Dan pandanglah dengan pikiranmu. Mengikuti bilangan maju hingga 3, gerimis itu akan memudar. Dan bersama gerimis memudar, gadis kecil yang diseberangkan gerimis pun menghilang. Dan bersamaan dengan menghilang semuanya, maka kamu akan bangun dalam keadaan segar dan nyaman.
Satu...
Gerimis memudar.
Gerimis memudar.
Gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya bergoyang payung. Menjauh. Begitu tenang.
Dua...
Gerimis semakin memudar.
Gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis (itu) semakin menjauh dan hampir menghilang. Matamu terasa mulai bergerak, seiring kamu mulai mendengar suara-suara di sekeliling kamar ini.
Gerimis semakin memudar.
Gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis (itu) semakin menjauh dan hampir menghilang. Matamu terasa mulai bergerak, seiring kamu mulai mendengar suara-suara di sekeliling kamar ini.
Tiga...
Gerimis hilang. Dan gadis kecil itu pun hilang. Pelan tapi pasti, buka matamu dan kamu mendapati seluruh tubuhmu dalam keadaan segar, sehat, sempurna, dan demikian nyaman."
***
Gerimis hilang. Dan gadis kecil itu pun hilang. Pelan tapi pasti, buka matamu dan kamu mendapati seluruh tubuhmu dalam keadaan segar, sehat, sempurna, dan demikian nyaman."
***
Subjek saya bangun. Matanya sedikit memerah. Seperti sehabis mimpi dalam sebuah tidur pulas.
Ia mengaku, seperti berada di situasi dalam puisi itu, di mana gadis kecil diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya/ bergoyang payung/ tangan kirinya mengibaskan tangis.
Anehnya, katanya, adegan itu seperti berputar-putar, seperti sebuah film yang di-rewind terus, di mana ia berada di dalamnya.
Dan analisis saya, itu karena saya menggunakan teknik repetisi untuk membuatnya trance.
***
Bagi saya, eksperimen kecil ini melahirkan sebuah hipotesis baru, bahwa sebentar lagi akan hadir genre puisi baru yang dicipta khusus dengan struktur hypnotic language. Puisi ini, ketika dibaca atau dibacakan, akan menggiring audience membuka gerbang critical area-nya, lalu membawanya ke ranah trance.
Genre itu akan saya sebut: Hypnotic Poetry.
Tunggu eksperimen berikutnya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar