Halaman

Senin, 31 Oktober 2011

LORONG



(Tulisan ini sebaiknya dibaca di ruang tenang; 
dan tidak diperkenankan dibaca atau dibacakan 
dalam kendaraan, di perjalanan, atau di tempat 
yang tidak cocok untuk relaksasi diri)


Pernahkah kamu berangkat ke arah gelap?
Tempat segala yang bernama lelah hinggap?

Berdiri saja dengan tenang
Aku akan mengajakmu menyentuhi lorong-lorong yang tak kaukenal, cuma dengan matamu
Dengan hatimu. Dengan napasmu yang tenang dan kauatur tarikan dan hembusannya
satu demi satu
Dengan degup jantungmu yang ritmik, dan sedikit kaubesarkan suaranya
Kaudengarkan suaranya
Kaubesarkan suaranya
Dan kaudengarkan suaranya

Berdiri saja dengan tenang
Pada sebuah hutan yang gelisah
Bebauan daun-daunnya merambati wajahmu dengan jelas
Menebarkan aroma sejuk yang mengaliri bagian dalam lehermu,
paru-parumu,
bahumu,
kedua tangan dan telapak tanganmu,
perutmu,
menjalari betis hingga setiap sisi telapak kakimu
dan sekujur tubuhmu yang tetap berdiri tenang
dalam bayang-bayang

Tak sedikit pun kau rela beranjak
Karena kau semakin ingin memahaminya dengan menutup matamu rapat-rapat
Sehingga keindahan ini semakin sedemikian jelas kaulihat
dengan tarikan napasmu
dan degup jantungmu

Berdirilah dengan tenang, dan beri dunia yang kaukenal ini warna
Beri ia suara, seperti desau angin atau bunyi-bunyi malam yang hening
Semakin membuat kelopak matamu terkunci rapat, dan sedikit bergerak.
(Biarkan saja dan tetap berdirilah di sana, dengan tenang)

Lihatlah.
Persis di depanmu ada lorong yang gelap,
Lorong di antara bongkahan batu cadas yang keras
Batu dengan lumut hutan perawan yang basah
Di mana aku ingin mengajakmu ke sana

Melangkahlah dengan pelan, masuki keheningannya dengan sabar.
Dan sedikit demi sedikit kautinggalkan cahaya hutan yang remang.

Pandanganmu mulai mengabur, sedikit masih seperti ada saputan putih yang pudar,
lalu gelap dan sunyi.
Sunyi dan gelap.
Sesunyi desau dedaunan yang semakin jauh.

Kamu hanya bisa melihat dengan kaki yang telanjang
Merambati tanah dengan sedemikian hati-hati.
Tanah yang lembut dan basah, pada lorong yang semakin jauh.
Dan gelap semakin ada pada di antara dua kelopak matamu
Lalu kedua kelopak matamu semakin berat menekan ke bawah,
dan kau pun tenggelam dalam ketenangan

Kini, aku ingin mengajakmu berjalan pada sepuluh langkah yang kaukenal.
Dan pada langkah kesepuluh, kau akan menuju cahaya di sebuah mulut lorong.

Langkah satu, berjalanlah dengan senyap.
Langkah dua dan tiga, matamu mengenali warna lorong yang gelap.
Kakimu menyentuhi detail tanah lembut yang basah

Langkah empat, kau semakin jauh, dan matamu seribu kali lebih teduh
Langkah lima, enam, tujuh, kau meneliti tarikan dan hembusan napasmu yang tenang
Degup jantung pun ritmik terdengar dengan gerak yang teratur
Langkah delapan kau mulai melihat satu titik cahaya di depan, dan napasmu semakin tenang
Langkah sembilan, kau semakin mendekati cahaya yang kian membesar, membentuk spektrum yang memasuki lorong di mana kau berada.

Matamu mulai mengenal dinding sekelilingnya. Kau memberi warna, kau memberi rasa, dan kau mulai memahami, bahwa saat ini kau semakin mendekati mulut lorong itu.

Langkah sepuluh, kau kini persis berada di mulut lorong yang terang.
Di luar, cahaya kabut hutan yang damai, menenggelamkanmu dalam kesempurnaan hidup.
Kau hirup energinya, memasuki sel-sel tubuhmu, menebarkan kesehatan yang merambat dari kepala, wajah, leher, dada, tangan, perut, betis dan telapak kakimu.

Dan bersamaan dengan itu, kamu memandang hidup dengan semangat kebahagiaan yang sempurna
Hidup adalah cahaya kabut yang damai, adalah detak jantung yang sehat dan teratur, adalah tarikan napas yang segar dan lepas, adalah masa depan yang cerah
adalah tubuh yang sehat
adalah impian indah yang menjadi ada

Hiruplah cahaya kabut itu, dan kau menghirup semangat hidup yang menjalari setiap jalur napasmu.
Lalu diam. Dan nikmati saja ekstase diri, dalam senyap yang membuatmu malas untuk bergerak
Malas bergerak, dalam sunyi dan senyap.
Dalam tidur yang lelap

(Lalu pada tiga puluh detak jantungmu sejak ini waktu, kau pun terjaga pelan.
Pada tiga puluh detak jantungmu sejak ini waktu, kau terbangun dengan tenang.
Maka berhitunglah hingga tiga puluh detak jantungmu, sejak ini waktu...)


Kamis, 13 Oktober 2011

GADIS KECIL DISEBERANGKAN GERIMIS

"Ada gadis kecil 
diseberangkan gerimis
di tangan kanannya 
bergoyang payung
tangan kirinya 
mengibaskan tangis

di pinggir padang, 
ada pohon dan 
seekor burung…" 

Lirik dahsyat di atas adalah buah karya Guru Besar saya, Sapardi Djoko Damono, yang ia beri judul "Gadis Kecil". Bagi saya, seperti halnya karya-karya Sapardi yang lainnya, puisi ini adalah puisi imageri. Gambar yang dibangun oleh kata-kata Sapardi begitu detail hadir di kepala saya.

Hal ini menginspirasikan saya untuk melakukan sebuah eksperimen, dengan mengeksplorasi imagi-imagi dan metafora yang ada di dalamnya untuk menembus critical area manusia. Dengan kata lain, saya mencoba menjadikan puisi ini sebagai alat untuk memasuki samudera pikiran bawah sadar manusia (trance).

Eksperimen ini didasarkan pada refleksi saya atas pengalaman Milton Erickson, seorang hipnotist jenius, yang kerap menginduksi subjeknya memasuki trance, dengan bercerita.

Sebelumnya, saya mohon maaf untuk Pak Sapardi, karena puisi beliau saya kawinkan dengan struktur hypnotic language agar proses trance berlangsung secara efektif. 

Misalnya, saya memberikan elemen personal sebagai intro, dengan mengajak subjek (sebutan orang yang membantu saya dalam eksperimen ini) menjelajahi sebuah dunia sepi, di mana suasana di puisi ini berada. Lantas, bagian-bagian dalam puisi saya eksplorasi secara repetitif, dengan tetap mempertahankan bahkan memperkuat imagerinya. Saya juga melakukan manipulasi dengan membuat relasi erat antara citraan dalam puisi dengan kondisi tubuh subjek tadi.


***

Sebelumnya, subjek saya persilahkan berbaring senyamannya. 

Lampu ruang saya biarkan terang. 

Saya perdengarkan musikalisasi puisi "Gadis Kecil" yang begitu lembut.

Denting gitar, merdu suara Reda, vokalisnya, dan kata demi kata dalam puisi itu, benar-benar membuainya. Suasana rileks bahkan sudah terbangun di sini.

Bagi saya, ini adalah sebuah prainduksi yang cukup berhasil.

Beberapa saat kemudian, di tengah buaian musik "Gadis Kecil" yang lembut itu, saya minta subjek untuk menarik nafas.

"Tarik napasmu yang dalam lewat hidung. Sepanjang lengking suara dalam musik ini. Rasakan damainya. Lalu hembuskan. Biarkan perasaanmu mengalir tenang, mengikuti denting suara gitar yang kamu dengar. Kamu boleh membuka mata kalau itu membuatmu nyaman. Atau tutup mata kalau khidmat lagu ini kamu rasakan lebih dengan menutup mata."

Subjek menutup mata. Dan memang sengaja saya menginginkannya. Makanya saya taro pilihan menutup mata di belakang, karena saya ingin kata yang terakhir dia dengar adalah "tutup mata".

"Seiring tarikan dan hembusan napasmu yang mengalir, denting gitar dan lengking lagu yang kamu dengar, membawamu pada sebuah padang luas. Rasakan suara anginnya. Dan beri ia warna dengan nyata.

Suasananya gerimis. Serpihan air yang selembut musik, menggelitik pori-pori kulit wajahmu. Kamu sadar dan semakin sadar dengan meneliti tarikan napasmu, dan hembusan napasmu, yang semakin panjang. Semakin berat. Semakin tenang.

Lalu kamu lihat:

Ada gadis kecil...
diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis...

di pinggir padang...
ada pohon dan...
seekor burung…

Pandanglah sekumpulan gerimis yang menyebrangkan gadis kecil itu. Warnanya putih. Satu demi satu. Dan ketika pikiranmu membilangi butir demi butirnya, sejuknya melingkupi kelopak matamu. Dan kelopak matamu menjadi sedemikian berat dan damai. Seperti gadis kecil yang diseberangkan gerimis.

Senyap dan damainya suasana, membuat kamu bahkan bisa mendengarkan suara degup jantungmu begitu ritmik dan tenang.

Pandanglah gadis kecil itu dalam pikiranmu. Dan semakin kamu pandang gadis kecil yang diseberangkan gerimis itu, matamu semakin berat, matamu semakin nyaman dalam keadaan tertutup. Dan tak sedikit pun kamu rela untuk membuka matamu. Karena kamu ingin terus melihat dengan pikiranmu, dalam keadaan senyap, dan rileks... dan damai...  keadaan bahwa:

Ada gadis kecil...
diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis..."

Sampai di sini, saya amati mata subjek saya tertutup. Tapi kelopaknya melakukan pergerakan berputar. Kaum hipnotis menyebutnya REM (rapid eye movement). Ini adalah sebuah tanda, bahwa subjek mulai memasuki trance.
Kondisinya light trance. Dan saya ingin melakukan deepening.

"Saya angkat tangan kananmu, seperti gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya bergoyang payung/ bergoyang/ bergoyang/ bergoyang/ bergoyang/ dan saat saya jatuhkan tanganmu, kirimkan gelombang relaksasi yang semakin dalam dan damai, dari ujung kepala hingga ujung kakimu."

Lalu saya jatuhkan tangannya.

"Kirimkan gelombang relaksasi yang makin dalam dan damai, dari ujung kepala hingga ujung kakimu. Sehingga membuatmu semakin rileks dan damai. Jauh lebih damai dari:

...gadis kecil...
(yang) diseberangkan gerimis...
di tangan kanannya...
bergoyang payung...
tangan kirinya...
mengibaskan tangis...

di pinggir padang...
ada pohon dan...
seekor burung…"

Saya memandang subjek saya. Wajahnya pucat. Bibirnya mengering. Tanda bahwa ia memasuki trance yang dalam.
Untuk menguji kedalamannya, saya mengangkat tangannya. Mengejutkannya sedikit. Dan tangannya pun kaku mengambang.

Lalu saya melemaskannya kembali dan meletakkan tangan persis di samping tubuhnya.

***
Satu menit saya diamkan subjek. Saya biarkan ia menikmati suasana rileks dan nyaman dengan sempurna.

Saya pun merasa cukup melakukan eksperimen ini. Dan saatnya untuk melakukan termination.

"Dengarlah. Dan pandanglah dengan pikiranmu. Mengikuti bilangan maju hingga 3, gerimis itu akan memudar. Dan bersama gerimis memudar, gadis kecil yang diseberangkan gerimis pun menghilang. Dan bersamaan dengan menghilang semuanya, maka kamu akan bangun dalam keadaan segar dan nyaman.

Satu...
Gerimis memudar.
Gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya bergoyang payung. Menjauh. Begitu tenang.

Dua...
Gerimis semakin memudar.
Gadis kecil (yang) diseberangkan gerimis (itu) semakin menjauh dan hampir menghilang. Matamu terasa mulai bergerak, seiring kamu mulai mendengar suara-suara di sekeliling kamar ini.

Tiga...
Gerimis hilang. Dan gadis kecil itu pun hilang. Pelan tapi pasti, buka matamu dan kamu mendapati seluruh tubuhmu dalam keadaan segar, sehat, sempurna, dan demikian nyaman."

***
Subjek saya bangun. Matanya sedikit memerah. Seperti sehabis mimpi dalam sebuah tidur pulas.

Ia mengaku, seperti berada di situasi dalam puisi itu, di mana gadis kecil diseberangkan gerimis/ di tangan kanannya/ bergoyang payung/ tangan kirinya mengibaskan tangis.

Anehnya, katanya, adegan itu seperti berputar-putar, seperti sebuah film yang di-rewind terus, di mana ia berada di dalamnya.

Dan analisis saya, itu karena saya menggunakan teknik repetisi untuk membuatnya trance.

***

Bagi saya, eksperimen kecil ini melahirkan sebuah hipotesis baru, bahwa sebentar lagi akan hadir genre puisi baru yang dicipta khusus dengan struktur hypnotic language. Puisi ini, ketika dibaca atau dibacakan, akan menggiring audience membuka gerbang critical area-nya, lalu membawanya ke ranah trance.

Genre itu akan saya sebut: Hypnotic Poetry.

Tunggu eksperimen berikutnya!



Selasa, 04 Oktober 2011

HYPNOTIC BRAINSTORMING

Sudah lama saya ingin mengembangkan sebuah metode brainstorming, dengan mengeksplorasi hypnosis di dalamnya. Beberapa pengalaman kecil serta hipotesis yang kuat di kepala saya, membuat saya sangat yakin, bahwa cara seperti ini bukan saja bisa dilakukan. Tapi sangat bisa!


Untuk Anda yang belum akrab dengan istilah advertising, brainstorming adalah sebuah cara menginventarisir ide-ide kreatif dalam waktu singkat. Kenapa harus singkat, karena orang-orang kreatif di periklanan tidak memiliki waktu yang mewah untuk berleha-leha. Deadline adalah sahabat setia yang senantiasa menyertai hidup mereka, hehehe.


Untuk mengatasi waktu yang sangat terbatas inilah, maka saya memiliki hipotesis, bahwa seandainya kita libatkan bagian dari otak jenius kita mengantisipasinya, dengan cara mengakses pikiran bawah sadar kita, maka istilah stuck mungkin tidak akan kita kenal lagi.


Dalam hipotesis saya ada beberapa metode pelibatan pikiran bawah sadar yang bisa kita lakukan.


Pertama, brainstorming dalam kondisi alpha. Otak sadar kita dinonaktifkan, dengan menurunkan level gelombangnya di 14 hingga 7 Hz. Efeknya adalah, kita akan sangat fokus sefokus-fokusnya pada apa yang ingin kita tuju. Kondisi seperti ini saja sudah akan membuat proses brainstorming produktif.


Kedua, mensugesti pikiran yang sudah memasuki trans di gelombang alpha, dengan menargetkan, misalnya, dalam kondisi kenyamanan yang sangat sempurna ini, akan dihasilkan 10 ide secara terus menerus.


Ketiga, melakukan metode progression. Dalam kondisi alpha, pikiran kita dimajukan ke depan (time lap), pada waktu ketika ide sudah dihasilkan. Mungkin maju ke saat kita sedang mempresentasikan ide-ide itu di client. Atau maju ke waktu ketika kita sedang melakukan internal review. Intinya adalah, pikiran bawah sadar kita melacak konsep-konsep yang sudah dihasilkan di masa depan.


Keempat, mensugesti pikiran bawah sadar untuk menghadirkan ide-ide lewat mimpi.

Kelima, dengan menggunakan teknik Automatic Writing. Automatic writing yaitu sebuah proses penulisan dengan melibatkan alam bawah sadar. Di sini alam bawah sadar membuat sebuah koneksi ideamotorik lewat gerakan tangan. Ketika alam bawah sadar kita aktifkan dan kita minta untuk memformulasikan ide-ide ajaib, maka ide itu akan ditransformasikan lewat tulisan tangan. Dan setelahnya, kita akan kaget sendiri, karena proses itu tidak diketahui oleh pikiran sadar kita.


Itulah lima metode hypnotic brainstorming yang akan saya kembangkan, dan saya yakini akan sangat efektif dalam proses generating ideas.


Hipotesis ini, hanya sebagian dari rangkaian eksperimen saya untuk mengaplikasikan keajaiban alam bawah sadar dalam kreativitas iklan.


Metode serupa dengan cara berbeda, bisa diterapkan dalam teknik copywriting dan visualisasi ide.


Salam kreatif!


Rabu, 14 September 2011

AKU IKHLAS, AKU PASRAH

Sabtu 27 Agustus 2011 kemarin, saya mendengar kabar bahwa Ibunda tercinta saya terkena struk di hari Jum'atnya. Tepat 6 hari sebelum Idul Fitri. Saya pun, yang biasanya pulang kampung di Lebaran ke-2, tanpa pikir panjang, langsung tancap gas ngebut menuju Rumah Sakit di mana Ibu terbaring lemah.

Dan begitu sampai, saya tak kuasa menahan sedih. Ibu, satu-satunya pahlawan hidup saya yang dulu demikian perkasa, yang tak pernah mengenal kata patah dan menyerah, kini tampak seakan menjadi jauh lebih tua.

Saat itu, perasaan saya demikian berkecamuk. Di satu sisi saya marah sama keluarga saya karena tidak langsung memberi tahu saya persis ketika Ibu jatuh terkena struk. Di sisi lain saya begitu takut kehilangan orang yang sangat saya cintai, bahkan jauh lebih dari untuk hidup saya.

Tangan kiri Ibu saya tidak bisa digerakkan. Dan wajah serta mulutnya seperti tertarik tidak lagi pada posisinya.

Di CT Scan, terdeteksi bahwa pembuluh darah di bagian otak kanannya pecah. Saya melihatnya ada 2 letak rembesan darah. Itulah sebabnya, kenapa tubuh bagian kirinya yang tidak bisa digerakkan.

***

Beberapa hari kemudian, Ibu diijinkan pulang. Tentu dengan menyisakan gerak tangan kiri yang masih lemah dan tidak sinkron dengan tangan kanan. Begitupun dengan sekujur pinggang dan ujung paha hingga telapak kaki, terserang pegal yang luar biasa. Kata Ibu, di bagian tulang rasanya seperti ngilu, yang makin didiamkan makin menjadi-jadi.

Melihat Ibu yang sepertinya tak bisa menahan lagi rasa pegalnya, saya sempat coba mengaplikasikan hipnosis. Saya coba menginduksinya dengan teknik progressive relaxation. Yang sebenarnya saya jarang sekali menggunakannya, karena bagi saya itu terlalu lama. Saya memakainya, karena untuk Ibu yang dari sisi fisik sedang lemah, teknik jabat tangan dan kejutan bisa fatal akibatnya.

Ada hal lucu terjadi di sini. Saya menginduksi Ibu, dalam keadaan beliau sedang tak bisa menahan rasa pegal-nya yang luar biasa. Saya membimbingnya untuk menjelajahi alam bawah sadar, dalam kondisi dia sedang tidak bisa fokus pada kata-kata saya.

Bayangkan, setiap saya membimbing dia untuk merileks-kan bagian-bagian tubuhnya, beliau selalu menimpali saya, "Iya, tapi tolong ini kaki pijit dulu." "Yang mih mau bukan mata yang nyaman, tapi kaki." "Haduh, ini kaki kok nggak enak banget." Dan sebagainya.

Alhasil, rasa pegal dan nggak nyaman yang tak berhenti, menggagalkan Ibu saya memasuki pikiran bawah sadarnya.

Saya pun menghentikan proses induksi hipnosis. Karena dengan teknik yang terlalu lama, sementara Ibu tersiksa dengan deraan rasa pegalnya, saya menjadi nggak tega.

Saya teringat pada sebuah teknik terapi yang menggabungkan Cognitive Therapy (NLP), Behavioral Therapy, Logotherapy, Pscyoanalisa, EMDR, Self Hipnosis, Sugesty & Affirmation, Visualization, Gestalf Therapy, Meditation, Sedona Method, Provocative Therapy, Energy Therapy (ET), dan Powerfull Prayer (Spiritually). Namanya Emotional Freedom Technique (EFT) yang dikembangkan oleh Gary Craig dari California. DI Indonesia, Ahmad Faiz menambahkan unsur spiritual di dalamnya, sehingga bentuknya menjadi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).

Teknik terapi ini pernah saya coba untuk mengatasi sakit kepala dan tulang memar. Hasilnya sangat efektif.

Mudah-mudahan, pikir saya, Tuhan mengijinkan saya untuk menjadikannya musabab dari ketenangan Ibu.

Setelah saya edukasi Ibu, dan saya ajak untuk mencoba terapi ini, Ibu pun mengijinkan saya. Lalu saya tekan "Sore Spot" Ibu. Sore Spot adalah titik nyeri yang letaknya di kiri atau kanan dada. Sementara menekannya, saya bimbing ibu untuk melakukan set up: "Ya Allah, walaupun saya merasakan ngilu yang luar biasa di sekitar pinggang hingga kaki saya, sehingga menyebabkan saya begitu gelisah, saya ikhlas menerimanya, dan saya pasrahkan kesembuhannya hanya padamu ya Allah."

Set up di atas, mengandung 4 elemen inti kata. Pertama, ikhlas. Kedua pasrah. Ketiga emosi negatif (ngilu yang luar biasa di sekitar pinggang dan kaki). Keempat kata "walaupun", sebagai diksi yang fungsinya menetralisir keadaan (emosi atau perasaan negatif).

Saya bimbing Ibu untuk mengucapkannya hingga 3 kali. Lalu saya bimbing juga beliau untuk tune in, dengan merasakan ngilunya, sakitnya,  posisinya, dan kemudian saya ketuk (tapping) di 18 titik meridian tubuh Ibu.

“The Major Energy Meridians", kata Ahmad Faiz, jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena aliran energi tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali.

Posisi titik-titik meridian silahkan lihat pada gambar.

Saat proses tapping, saya senantiasa membimbing Ibu untuk terus mengucapkan kalimat-kalimat ikhlas dan pasrah. "Saya ikhlas, saya pasrah ya Allah." Sambil tetap memintanya tune in, merasakan ngilu dan letaknya secara nyata.

Setelah seluruh titik saya ketuk dengan minimal 7 kali ketukan, Ibu saya minta untuk mengucap syukur alhamdulillah atas ijin dan kesembuhan yang dianugerahkan Allah, seraya menarik nafas panjang lewat hidung sambil membayangkan seluruh perasaan positif masuk ke dalam tubuhnya. Kemudian Ibu saya minta untuk membuang nafas lewat mulut, dan membayangkan seluruh sakitnya keluar.

Tarikan nafas dan hembusan nafas, seiring kalimah syukur pada Allah, dilakukan hingga 5 kali.

Dan ajaibnya, ketika awalnya saat saya tanya skala sakit ibu berapa ibu menjawab 8, kini skala sakitnya tinggal 2.

5 menit kemudian, rasa ngilu itu menghilang hingga saat ini. Alhamdulillah.

Di hari yang lain, saya melakukan terapi SEFT untuk tangan Ibu yang tidak bisa digerakkan. Dan hasilnya sama. Hanya, untuk tangan beliau, progres kesembuhannya hingga 1 hari setelah terapi.

Kedahsyatan ikhlas, pasrah, plus usaha medis yang sampai sekarang tetap kami lakukan, telah menggugah Tuhan untuk mencurahkan keajaibanNya untuk Ibu.


Terima kasih ya Allah.
Bimbing kami untuk tetap menikmati curahan kasih sayangMu.
Bimbing kami untuk tetap ada di jalanMu.
Aaamiiin.











Senin, 12 September 2011

HYPNOANESTHESIA BUAT ISTERI TERCINTA


"Tarik nafas lewat hidung dalam bilangan 7, serap seluruh energi positif di ruangan ini, lalu tahan 4 detik. Hembuskan pelan lewat mulut, pelan saja, buang seluruh energi negatif dalam tubuh, dan biarkan, kenyamanan yang luar biasa menyelimutimu."

Begitulah saya mengawali induksi hypnosis untuk isteri, yang sudah 4 jam lalu mengeluh, karena penyakitnya sejak melahirkan anak ketiga (ambeien atau wasir atau hemorrhoid) kambuh.

Sebelumnya, saya tidak pernah mengaplikasikan hypnotheraphy untuk orang lain. Hanya untuk diri sendiri ketika saya harus berhenti merokok dalam waktu cepat. Selebihnya, saya hanya mengaplikasikan tipe hypnostage, iseng sama anak saya dengan membuatnya tiba-tiba mampu melakukan gerakan-gerakan Bruce Lee, amnesia dengan lupa pada bilangan tertentu, atau membikin mereka relaksasi mendalam saja ketika mereka terlihat panik saat ujian.

Mengisengi isteri, saya selalu gagal. Karena isteri saya tipikal orang yang kritis dan selalu mempertanyakan apa pun yang saya bilang. Dalam bahasa slank, tipe orang ngeyel, hehehe.

Tapi untuk kali ini, sepertinya dia serius ingin menyingkirkan rasa sakit yang menurutnya luar biasa. Saya juga sangat serius ingin menolongnya. Kalaupun dia melakukan "perlawanan", saya baru saja mempelajari gaya Ericksonian. Seperti air, saya akan mengalir mengikuti alur perlawanannya. Saya akan menggunakan energi ngeyelnya untuk menggiring dia ke dunia relaksasi yang sangat dalam. Jauh lebih dalam dari biasanya.

Setelah meyakinkan dia, bahwa kekuatan energi otaknya mampu menyingkirkan rasa sakit dalam hitungan menit, saya mulai menginduksinya. Saya memintanya untuk tidur telentang serileks mungkin. Ia menolak. Dan dalam induksi, penolakan seperti ini sudah merupakan indikasi kegagalan. Teori dasarnya, hal terpenting dalam hypnosis adalah membangun sebuah rapport, sebuah link, sebuah komunikasi sinergik yang positif.

Oke, saya yang mengalah. Saya biarkan isteri saya berbaring semaunya. Menyamping. Saya juga biarkan lampu kamar nyala seperti keinginannya. Lalu saya lanjutkan induksi.

Setelah saya bimbing dia untuk menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan, saya memintanya menutup mata. Saya ingat, isteri saya adalah tipe analitik yang senantiasa kritis mengamati situasi. Karena itu, saya manfaatkan sisa cahaya lampu yang saya yakin membekas di kelopak matanya sebagai titik tolak persepsi.  Saya memintanya untuk membayangkan cahaya lampu di atas langit-langit mendekat ke arahnya, hinggap di ubun-ubunnya, menghantarkan kehangatan yang luar biasa.

Cahaya itu membuat otot-otot di sekitar kepalanya seakan lepas, ringan, dan nyaman.

Lalu cahaya itu saya giring seakan menyaputi wajahnya, lehernya, pundaknya, kedua tangannya, dada, punggung, perut, pinggang, paha, kaki hinggi telapak dan jari-jemarinya. Setiap pergerakan cahaya membuat otot-otot di sekitarnya ringan, lepas, lemas, rileks, dan seribu kali lebih nyaman dari sebelumnya. Sehingga ia merasa malas untuk sedikit pun bergerak. Karena diam jauh lebih enak dari bergerak. Dan ketika cahaya menyentuh mata, maka otot mata pun berat, jatuh dalam kantuk yang dalam dan luar biasa.

Setelah saya melihatnya ia sudah sedemikian rileks, maka saya lakukan deepening. Saya mengajaknya berada di sebuah lapang luas, di mana ia tengah membentangkan kedua tangannya. Ia tarik nafas dan ia serap energi positif di sekitarnya. Lalu ia hembuskan nafas dan ia keluarkan seluruh energi negatif dalam tubuhnya.

Saya memintanya berjalan mundur 10 langkah. Dan setiap ia melangkah mundur, ia masuk ke dunia releksasi 100 x lebih dalam. Dan dalam langkah ke-10, ia "tidur" sangat dalam.

Saya yakin gelombang otaknya sudah memasuki level Alfa dalam (8 Hz). Saya coba melakukan deepening sekali lagi, dengan mengajaknya menghitung mundur dari 5 hingga 1. Dan pada hitungan ke-1, ia saya pastikan sudah masuk di gelombang Teta (4-7 Hz), di mana semua sugesti yang saya berikan akan sangat efektif.

Setelah proses deepening selesai, saya mengajaknya untuk fokus di wilayah yang sakit. Saya mengajaknya untuk membayangkan, bahwa wilayah yang sakit itu rasanya panas seperti tertabur 100 biji cabai. Lalu saya memintanya seakan melihat, saya mengambil biji cabai dari rasa sakitnya, satu persatu. Setiap biji cabai saya ambil, ia akan merasakan sakitnya berkurang perlahan. Pada saat biji cabai ke-100 saya ambil, maka rasa sakitnya hilang. Dan yang terasa hanya jejak hangatnya saja yang membuat area sakit tadi berganti nyaman.

Karena saya kuatir rasa hangat masih akan menjejakkan trauma sakit, saya ajak ia untuk mengubahanya menjadi sejuk. Saya kembali mengajaknya berhitung mundur dari 5 hingga 1. Setiap hitungan mundur, maka rasa hangat akan berubah menjadi sejuk. Dan begitu seterusnya, hingga hitungan ke 1, rasa sejuk itu menjadi 100 kali lebih sejuk dan nyaman.

Proses sugesti imagery sudah berlangsung. Maka kini saatnya saya melakukan tahap awakening/emerge. Saya akan membangunkan isteri saya.

Di tahap ini, saya sampai harus dua kali melakukan proses awakening. Mungkin karena isteri masuk ke kategori coma statik, relaksasi yang jauh-jauh-jauh sangat dalam, sehingga ia merasa malas untuk bangun. Saya tidak panik, karena kalau pada tahap ke-dua dia tidak bangun juga, saya sudah tahu cara apa yang saya pakai.

Tapi alhamdulillah, di tahap awakening ke-dua, ia bangun dengan perasaan jauh lebih segar, lebih tenang, dan lebih sehat. Ia merasa aneh, karena ia seakan sudah tidur berjam-jam. Padahal saya kasih tahu ia cuma tidur  sekitar 30 menit kurang.

Yang ia merasa lebih aneh lagi, rasa sakit yang sebelumnya benar-benar menggila, hilang seketika!!!
Saya bilang padanya, ia harus tetap ke dokter untuk mengobatinya.

Tuhan telah memberi keajaiban pada umatnya, lewat teknologi pikiran yang luar biasa.

Wallahu alam.

PERINGATAN! PERINGATAN PEMERINTAH DAPAT MERUSAK KESEHATAN!

Ketika saya beberapa kali membaca literatur mengenai Neuro Linguistik Programming (NLP), baik yang ditulis oleh penggagasnya langsung, yaitu Dr. Richard Bandler dan John Grinder, maupun penulis-penulis lainnya, saya menjadi ngeri setiap waktu saya sobek sebungkus rokok untuk menghisap sebatang di antaranya. Kenapa?


Bukan karena saya tahu rokok itu berbahaya bagi kesehatan. Bukan karena saya detail dengan seluk beluk nikotin yang terkandung di dalamnya. Bukan pula karena ratusan kandungan racun yang kata ahli kesehatan melekat dari ujung filter hingga ujung batang rokok.

Saya ngeri justru karena peringatan pemerintah yang kini sudah menjadi mandatori untuk tertera di packaging maupun semua medium komunikasi rokok: "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin!"

Bayangkan, semua orang, perokok ataupun bukan, dikepung oleh peringatan seperti itu. Saat di jalan, orang melihat bilboard-bilboard iklan rokok lengkap dengan peringatannya. Saat buka koran atau majalah, peringatan itu pun mem-brain-wash-nya. Ketika hendak merokok, teks peringatan bahkan terpegangnya. Di TV ketika kita nonton acara untuk melepas rasa penat sehabis seharian bekerja, eh, peringatan pemerintah itu nongol juga.

Teks itu secara sadar bahkan kita hapal, walau sedikit pun mungkin kita tak pernah berusaha menghapalnya. Dan itulah "the power of repetition". Sebuah pesan yang kita temukan berulang, ia akan menancap di benak kita. Bahkan orang yang kritis menganggapnya sebagai lelucon basa-basi dari kelompok pembuat kebijakan yang munafik. Bagaimana tidak, tulisan itu wajib ada, tapi rokok juga tetap jalan, karena ada nilai rupiah pada kertas bea cukai dan pajak yang menempel di bungkusnya.

Persoalannya menjadi lebih complicated lagi saat "the power of repetition" ini menjadi cara efektif yang akan menjadi mindset di otak bawah sadar kita.Teks peringatan yang mengepung kita dari berbagai sisi dengan intensitas yang tinggi itu, akan diterima dengan mudah oleh alam bawah sadar kita. Dan ini sifatnya permanen, bila kita tidak segera men-delete atau melakukan reprogramming. Lalu efeknya apa?

Sekali lagi saya bilang mengerikan!

Bayangkan, saat di alam bawah sadar kita sudah terprogram sugesti "merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguaan kehamilan dan janin", maka setiap hisapan rokok yang kita lakukan, akan berbarengan dengan perintah pikiran bawah sadar kita untuk reseptif terhadap kerusakan jantung, penyakit kanker, impotensi, dan gangguan kehamilan serta janin.

Dan ini adalah sebuah kebodohan fatal, dari ketidakmengertian pembuat kebijakan yang di sisi lain ingin membatasi penggunaan rokok, sementara sisi lainnya merasa pajak dan bea cukai darinya masih menjadi surga.

Saya malah berpikir ironis, dari asumsi bahwa kematian yang diakibatkan oleh rokok, prosentasi terbesar ada karena efek dari peringatannya. Bukan dari rokoknya.

Karena itu sudah menjadi keharusan besar bagi pemerintah untuk sesegera mungkin menghapus peraturan baik tertulis maupun tidak, yang mewajibkan perusahaan rokok untuk menaruh peringatan pemerintah, baik di packaging maupun materi komunikasinya.

Hal ini dengan mempertimbangkan bahwa peringatan tersebut samasekali tidak ada impact positifnya. Dari sisi penjualan rokok, bahkan makin hari malah makin meningkat. Sementara di sisi lain, impact negatifnya terhadap potensi penyakit yang dibangkitkan alam bawah sadar malah sedemikian fatal.

Untuk Anda yang berniat berhenti merokok, itu lebih baik, karena berarti Anda berusaha memutus tali sugesti negatif dengan menghindarinya. Untuk yang berniat berhenti tapi kekuatan nikotin sudah terlanjur membuat Anda addicted, banyak cara mudah untuk melakukannya. Motivasi Anda bisa diberjutalipatkan dengan membangkitkan kekuatan alam bawah sadar. Anda bisa mengunjungi klinik-klini hipnoterapi, SEFT (spiritual emotion freedom technique), atau sejenisnya, yang bahkan bisa menghentikan kecanduan Anda dalam hitungan menit.

Buat Anda yang tetap melanjutkan kebiasaan merokok, tak ada salahnya. Hak Anda disokong jutaan orang buruh pabrik, petani cengkih dan tembakau, yang kadang dilupakan oleh pembuat kebijakan serampangan juga aktifis-aktifis berkaca mata kuda, yang sudah lama hidup dan berambisi untuk memberangus industri rokok.

Delete-lah sugesti negatif dalam packaging rokok, bilboard, iklan TV, dan materi-materi komunikasi rokok lainnya, dari otak Anda. Masukkan dalam sanubari, bahwa alam bawah sadar Anda menolak sugesti negatif dari peringatan tersebut. Dan karena Anda menolak, maka mulai detik ini, setiap kali Anda melihat peringatan tersebut, yang Anda rasakan adalah energi positif yang sehat. Sehingga setiap detik, setiap menit, setiap hari, Anda semakin sehat dan semakin sehat.

Merokok atau tidak merokok, hidup sehat, adalah hak dasar Anda!

TRIK MENGENDALIKAN RASA SAKIT

Tuhan itu mahaajaib. Dia menciptakan kita, dengan sistem tubuh yang rumit dan saling terkait.

Begitu pun ketika Dia memberi kita rasa sakit. Sesungguhnya itu bukan deraan, tapi anugerah, sebagai sinyal bahwa ada bagian tubuh yang harus kita perhatikan. Maka sudah selayaknya, saat pertama kali kita merasakan bagian tubuh kita sakit, kita bersyukur atas anugerah ini. Bahwa Tuhan telah memberi kita tanda sedini mungkin.

Selain itu, Tuhan juga sudah menganugerahkan kita kemampuan otak yang luar biasa, untuk me-manage rasa sakit itu. Dua hal yang kita tahu: Pertama Tuhan memberi manusia kemampuan untuk meriset dan menciptakan pain killer, berupa obat analgesik dan sejenisnya. Obat ini berfungsi merangsang otak kita untuk mengirim sinyal ke bagian tubuh yang sakit, dan menetralisirnya. Sehingga, rasa sakit itu berkurang, bahkan hilang. Kedua, lagi-lagi Tuhan memberi kemampuan kita yang luar biasa, dengan mengubah mind-set rasa sakit itu menjadi apapun. Menjadi hilang, hangat, sejuk, atau netral.

Berikut ini, saya ingin berbagi sedikit teknik untuk mengatur rasa sakit, siapa tahu anak, isteri, atau siapa pun di sekitar Anda perlu pertolongan pertama untuk menetralisirnya. Teknik ini bisa Anda aplikasikan sebagai sebuah permainan yang menyenangkan. Bukan sesuatu yang serius dan menakutkan.

1. Bilang pada anak (sebagai contoh kasus, saya sebut "anak" ya), bahwa anak Anda punya kekuatan pikiran yang luar biasa. Lalu ajak Anak Anda untuk melakukan sebuah permainan pikiran, dan yakinkan, bahwa dengan permainan ini, anak Anda nanti akan terkagum-kagum akan kekuatan pikirannya.

2. Suruh anak Anda duduk bersila atau rileks seenaknya. Tangan kiri di paha, sementara tangan kanan Anda pegang.

3. Bimbing anak Anda untuk rileks, dengan menyuruhnya menarik nafas yang dalam lewat mulut, tahan 4 detik, lalu hembuskan pelan lewat hidung. Lakukan 3 sampai 4 kali. Biarkan setelah itu ia mengatur nafasnya sendiri dengan tenang.

4. Suruh anak Anda membayangkan bagian rasa sakitnya, rasakan sakitnya seperti apa, dan bayangkan warnanya seperti apa.

5. Bilang sama anak Anda bahwa Anda akan MENTRANSFER rasa sakit itu ke telapak tangan kanannya yang Anda pegang. Tanya anak Anda, kata SAKIT itu huruf pertamanya apa, dan Anda akan menulis huruf itu di telapak tangan anak yang Anda pegang.

6. Ambil pensil (atau boleh dengan telunjuk Anda juga). Bilang pada anak Anda, bahwa betul, S adalah huruf pertama kata sakit. Tulis huruf S di telapak tanganya. Tentu dengan bagian pensil terbalik, bukan bagian runcingnya. Biarkan huruf S itu hanya ada di bayangan anak Anda.

7. Lakukan beberapa kali di jejak huruf S yang Anda tulis. Pastikan dan tanyakan, bahwa anak Anda melihat huruf S itu.

8. Bilang pada anak Anda, bahwa huruf S itu mewakili rasa sakitnya. Di dalam huruf S itu ada rasa sakitnya. Dan sepanjang huruf S itu ada di telapak tangannya, maka rasa sakit itu juga ada.

9. Sekarang, Anda beri tahu Anak Anda bahwa Anda akan menghapus huruf S di telapak tangannya. Lalu gosok telapak tangannya dengan telapak tangan Anda, seakan Anda menghapus huruf S tadi. Perlihatkan telapak tangan yang digosok ke Anak, dan tanyakan, huruf S-nya sudah hilang kan? Sebelum anak menjawab hilang, bilang bahwa hurufnya masih ada sedikit lagi. Lalu langsung Anda gosok lagi, dan setelah beberapa saat, coba perlihatkan kembali. Pastikan, bahwa sekarang huruf S itu benar-benar hilang.

10. Katakan pada anak Anda, "Sekarang, huruf S itu sudah benar-benar hilang, kan?"

11. Bila anak Anda merasa huruf itu masih ada, gosok kembali sampai dia merasa bahwa huruf itu benar-benar sudah hilang di pandangannya.

12. Katakan, "Sekarang huruf S-nya benar-benar hilang, kan?"

13. Tunggu respons anak Anda. Dan beberapa saat kemudian, tanyakan dengan gaya polos, "Eh, sakitnya gimana?"

14. Anak Anda akan bingung, karena rasa sakit itu, dengan izin Allah, seketika hilang.

15. Permainan pun selesai! Puji anak Anda, sebagai anak istimewa yang punya kekuatan imajinasi hebat dan spesial.

Perlu diingat, bahwa yang hilang itu hanya rasa sakitnya. Hanya gejalanya. Anda tetap harus memeriksakan anak Anda ke dokter jika perlu, untuk mendiagnosis dan mengobati penyakitnya. Karena seperti saya bilang di awal, rasa sakit adalah anugerah sebagai sinyal atau peringatan dini, bahwa tubuh Anda bermasalah.

Teknik yang saya berikan hanya untuk mengurangi atau menghilangkan penderitaannya saja.

Selamat mencoba.